Minggu, 25 Oktober 2009

Depsos minta BKD angkat `sakti peksos` jadi pegawai


JAKARTA - Jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) di Indonesia masih tinggi. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Pusdatin (Pusat Data dan Informasi) Departemen Sosial (Depsos) saat ini masih ada 34,5 juta orang PMKS.

"Pekerja sosial (peksos) profesional yang siap melayani PMKS di daerah-daerah masih sangat kurang. Guna meningkatkan jumlah peksos yang siap pakai di daerah-daerah, Biro Organisasi dan Kepegawaian Depsos minta agar 100 orang satuan bakti pekerja sosial (sakti peksos) angkatan pertama yang magang di panti sosial swasta diprioritaskan direkrut menjadi calon pegawai negeri sipil (CPNS)," jelas Kepala Biro Organisasi dan Kepegawaian Depsos, Armay, Selasa [28/7].

Menurut dia, mendidik SDM pekerja sosial yang profesional, siap melayani PMKS itu tidak mudah. Sementara pemda membutuhkan tenaga peksos yang punya keahlian khusus dan siap bekerja.

"Kami minta Badan Kepegawaian Daerah (BKD) di 16 provinsi memprioritaskan para sakti peksos yang telah dididik Depsos-dan sekarang magang bekerja di panti sosial swasta-mengikuti seleksi calon pegawai negeri sipil (CPNS)," kata Armay.

Dia menambahkan, program sakti peksos adalah program inovasi dari Biro Organisasi dan Kepegawaian, yang terkoordinasi dan terpadu dari Sekretariat Jenderal (Sekjen) bersama Badan Pendidikan dan Penelitian (Badiklit), Balai Besar Pendidikan dan Latihan Kesejahteraan Sosial Jakarta, serta Ditjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial (Yanrehsos).

"Ini program unggulan. Kami harapkan sakti peksos itu bermanfaat bagi panti-panti sosial swasta di daerah-daerah. Apakah mereka bermanfaat atau tidak, tentu kami minta laporan dari mereka dan evaluasi dari para pemilik panti," kata Armay. (ari)

Sumber Harian terbit

Sabtu, 10 Oktober 2009

Depsos akan Keluarkan Sertifikasi dan Lisensi Pekerja Sosial Anak

Bogor, Kriteria yang harus dipenuhi pekerja sosial perlindungan, asuhan, dan adopsi anak untuk mendapatkan sertifikasi dan lisensi, menurut Direktur Dirjen Pelayanan Rehabilitasi Sosial Makmur Sunusi, adalah profesionalisme yaitu mereka mampu melaksanakan profesi itu berdasarkan proses ilmu pengetahuan yang sudah baku, sehingga tidak mengarang-ngarang. Kemudian, kinerja pekerja sosial itu dinilai baik dalam menjalankan tugas-tugasnya.

Untuk itu, ia akan menilai kemampuan pekerja sosial itu, apakah posisi mereka itu kompeten atau kemampuannya pas-pasan, superior atau mampu membuat ide, konsep, dan terobosan baru, ataupun juga outstanding yakni mampu membuat desain kebijakan.

Makmur Sunusi usai menyampaikan sambutan penutupan tiga kegiatan Direktorat Pelayanan Sosial Anak "Review Program Pelayanan Sosial Anak Telantar dalam Panti, Pemantapan Petugas Satuan Bhakti Pekerja Sosial, dan Pemantapan Petugas Pekerja Sosial Perlindungan, Asuhan dan Adopsi Anak" di Cipanas, Bogor, Jawa Barat.

Lebih lanjut Makmur Sunusi mengatakan, ke depan, Ditjen Pelayanan Rehabilitasi Sosial juga akan membuat sertifikasi human resources manajemen pengelola panti-panti, sehingga nanti ada klasifikasi panti A, B, dan C. Hal ini dilakukan, untuk memotivasi kinerja panti-panti yang menerima subsidi dari Depsos. Selain itu juga dibuat perbedaan tingkat profesionalisme pekerja sosial tersebut sehingga akan membedakan penghasilan dan kesejahteraan yang diterima mereka.

Ditegaskannya, pekerja sosial itu petugas fungsional yang harus memiliki rangking yang akan menentukan besaran kesejahteraannya. Program pemantapan itu diikuti 100 Sakti pekerja sosial atau pendamping yang sudah magang di panti-panti sosial milik masyarakat sejak sebulan terakhir.

(Ria Saptawati/HF)


Atase Sosial Diperlukan untuk Tangani TKI

Jakarta - Masalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri memang tidak pernah habis. Hingga tahun 2009 ini saja, ada sekitar 23.158 TKI yang bekerja di Malaysia ­dipulangkan ke Indonesia. Oleh sebab itu, keberadaan Atase Sosial di negara-negara yang banyak TKI-nya, ­sangat diperlukan.

Dengan adanya Atase Sosial di negara-negara yang banyak TKI-nya, maka para TKI akan didampingi oleh pekerja sosial (peksos). Sehingga masalah TKI di luar negeri dapat diminimalkan. “Atase Sosial ini tugasnya menangani masalah sosial yang tidak bisa ditangani oleh atase lain,” ujar Dirjen Bantuan dan Jaminan Sosial Departemen Sosial, Toto Utomo Budi Santoso, kepada wartawan, di Jakarta, Rabu (26/8).

Menurutnya, ada tiga kategori masalah yang dihadapi oleh TKI, yakni saat prapenempatan, pada saat penempatan, dan pascapenempatan. Pada prapenempatan, tidak sedikit TKI yang ditipu oleh calo seperti pemalsuan dokumen. Sedangkan di masa penempatan, tak jarang TKI berhadapan dengan masalah bahasa, budaya, adat istiadat dan agama yang berbeda dengan majikan. Pada pascapenempatan, ada TKI yang diperas oleh calo ataupun keluarganya.

Toto mengatakan, selama ini Depsos telah membuat rumah perlindungan bagi TKI yang mempunyai masalah psikososial, dan membentuk satuan tugas namun terkendala dana. “Dana yang dimiliki Depsos untuk menangani masalah pekerja migran sebesar Rp 15 miliar, tidak cukup untuk mengatasi masalah TKI yang jumlahnya puluhan ribu,” lanjutnya.
Hal yang sama juga diutarakan oleh sosiolog Musni Umar. Menurutnya, Atase Sosial sangat diperlukan, sebab tugas atase yang ada saat ini tidak mencakup masalah sosial, khususnya TKI. Oleh sebab itu, anggota Eminent Persons Group Indonesia ini mengimbau Depsos agar melobi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan DPR membentuk Atase Sosial di Malaysia dan Timur Tengah. Namun, pekerja sosial yang menangani masalah TKI harus lulus sertifikasi dan memiliki lisensi.

Terkait dengan sertifikasi pekerja sosial (peksos), Dirjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Depsos Makmur Sunusi mengatakan, tahun 2010 pemerintah melalui Depsos akan melakukan sertifikasi dan lisensi, supaya profesi peksos diperhitungkan oleh masyarakat seperti halnya dokter dan akuntan.

Namun, sejauh ini profesi peksos belum banyak dikenal orang, bahkan masih ada kepala dinas sosial yang belum mengenal profesi peksos. “Masih banyak orang yang belum mengenal profesi peksos (social worker). Selama ini peksos sering dianggap orang yang suka bantu-bantu pada saat bencana. Bahkan, masih ada orang yang memosisikan peksos sama dengan suster,” lanjutnya. (stevani elisabeth)

Ratusan Anak Korban Gempa Datangi Trauma Center



Suara Karya Bandung. Setiap kali terjadi bencana, kebanyakan orang lebih peduli melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan fisik para korban bencana. Di antaranya memberikan bantuan makanan, sandang, dan pendataan untuk kepentingan rehabilitasi rumah tinggal para korban. Tak terkecuali dengan bencana gempa bumi berkekuatan 7,3 skala richter (SR) yang meluluhlantakkan sebagian wilayah Provinsi Jawa Barat, Rabu, 2 September 2009. Padahal, tak kalah pentimg adalah bantuan nonfisik yang diharapkan korban gempa itu.

Sebab, guncangan gempa yang dahsyat selama lebih kurang dua menit itu ternyata juga berdampak buruk terhadap psikologi anak-anak. Ratusan anak mengalami trauma psikis cukup berat. Banyak di antara mereka jiwanya terguncang, mengalami ketakutan luar biasa, mendadak menangis. Saat tidur malam di tenda pengungsian, mereka terbangun lalu berteriak ketakutan. Kondisi seperti itu dialami anak-anak pengungsi korban gempa di lapangan sepak bola Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Satuan Bakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos) Departemen Sosial (Depsos) terpanggil untuk berperan menangani trauma anak-anak korban gempa bumi di Pengalengan. Sebanyak 37 Sakti Peksos Depsos yang bertugas di panti-panti sosial swasta di Kota Bandung sementara ditugasi untuk membantu pemulihan trauma anak-anak korban gempa di kota penghasil susu itu.

"Dua hari pascagempa bumi (Jumat, 4 September 2009-Red), kami dipanggil oleh Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Anak Depsos agar bertugas di Posko Rumah Sahabat Anak ini. Sakti Peksos tidak membawa apa-apa, hanya bermodalkan kesiapan tenaga, pikiran, dan pengalaman. Alhamdulillah, setelah kami berkomunikasi dengan World Vision, yayasan yang peduli terhadap anak korban bencana, kami bekerja sama. Sakti Peksos bekerja menangani trauma anak-anak korban gempa, sedangkan World Vison menyediakan sarananya," ujar Koordinator Sakti Peksos Wilayah Jawa Barat, Herawati, di Posko Trauma Center Depsos di lapangan sepak bola Kecamatan Pengalengan.

Sudah 300-an anak mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD), 4-6 tahun, anak SD usia 7-12 tahun, anak SMP usia 12-15 tahun, anak SLTA (15-18 tahun) yang mendatangi Rumah Sahabat Anak, Posko Center, tempat Sakti Peksos melakukan kegiatan penanganan trauma anak-anak korban gempa itu. Jadwal kegiatan pun disusun, pagi, siang, dan sore. Bahkan ada anak yang maunya bermain terus hingga malam sampai dicari oleh ibunya.

"Kegiatan pemulihan trauma itu antara lain meliputi membaca buku di mobil perpustakaan keliling, melihat pemutaran film anak-anak, film tentang psikologi anak, juga diputar film Laskar Pelangi, permainan kelompok di arena indoor dan outdoor, terapi kerja sama tim dan lain-lain," ujar Herawati menambahkan.

Kemudian dilakukan kegiatan menggambar untuk mengetahui motorik halus anak-anak korban gempa dan kegiatan lompat-lompatan, guling-gulingan untuk motorik kasar.

"Alhamdulillah, kegiatan yang kami lakukan sangat bermanfaat. Anak-anak menjadi betah, traumanya perlahan hilang, dan mereka kembali ceria," kata Ketua Sakti Peksos Agung Purnomo.

Happy Setiawan (12), siswa kelas V SD Cikaliki, Pangalengan, mengaku senang memperoleh bimbingan dan perhatian dari Sakti Peksos, sehingga ia yang tadinya tabu pulang ke rumah, kini sudah mulai tidur di rumahnya. "Ya, senang sekali bermain di Rumah Sahabat Anak ini, mendapat bimbingan dari kakak-kakak Sakti Peksos tentang bagaimana harus setia kawan, menghargai teman, kerja sama yang baik dan lain-lain. Sekarang saya tidak takut lagi," kata Happy.

Guncangan gempa memang membuat kondisi bangunan SD Cikaliki rusak parah. Dari luar terlihat bangunannya utuh, namun saat Suara Karya melihat ke dalam gedung, ruangannya berantakan, dindingnya ambrol, atapnya jebol, sehingga tidak mungkin digunakan untuk kegiatan belajar-mengajar karena berbahaya bagi murid dan guru.

Sakti Peksos tidak hanya membantu mengatasi trauma anak-anak, tetapi juga orang lanjut usia (lansia) dan ibu-ibu hamil yang mengalami trauma psikologis. "Kami juga membantu menangani lansia dan ibu-ibu hamil yang trauma akibat gempa. Jiwa mereka terguncang. Banyak yang luka-luka tertimpa bangunan rumahnya. Kami datangi mereka ke tenda-tenda pengungsian, bicara dari hati ke hati, meyakinkan mereka agar tetap optimis menghadapi kesulitan ini. Ada hikmah di balik kejadian ini," kata Agung Purnomo, alumnus Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung.

Sementara itu, dalam kunjungan kerjanya, Menteri Sosial (Mensos) Bachtiar Chamsyah sempat mengunjungi Rumah Sahabat Anak di tenda-tenda pengungsi di Kelurahan Sukamanah, Kecamatan Pangalengan. (Yon Parjiyono)

Data Sakti Peksos

Data Sakti Peksos 1
  1. Agung Purnomo, S.ST P _____28 Agustus 1980____
  2. Timur - DKI Jakarta

    32 405 - 703 - 165 Etty Rauf, S.ST W Diploma IV

    Pancinongang, 27 Maret

    1980

    Jl. Datori Panggentungang No. 035A RT. 003/010 Pancinongang,

    Gowa - Sulawesi Selatan 92111

    33 402 - 205 - 031 Eva Dwi Eryana, S.ST W Diploma IV Sentani, 27 Juli 1986 Komplek Desa Payang RT. 02/04 Pati, Pati - Jawa Tengah 59114

    34 403 - 204 - 083 Evi Mulyati, S.ST W Diploma IV

    Semarang, 23 Januari

    1983

    Jl. Dago Pojok No. 29 RT. 02/03 Dago / Coblong, Kota Bandung -

    Jawa Barat 40135

    35 103 - 204 - 048 Faisal Ibadillah, S.Sos P Sarjana Cirebon, 11 Agustus 1977

    Jl. Cideng Raya No. 06 RT. 001/001 Kertawinangun Kedaung,

    Cirebon - Jawa Barat 45153

    36 404 - 302 - 150 Faurina Irawaty, A.KS W Diploma IV

    Banjar Baru, 12

    Desember 1974

    Jl. A.Yani Km, 36,566 Petai No. 20 RT. 018/007 Sungai Ulin Banjar

    Baru, Banjar Baru - Kalimantan Selatan 70714

    Daftar Nama Lulus Ujian SAKTI PEKSOS Angkatan I Tahun 2009 Hal 3 dari 9

    LAMPIRAN

    No. NOMOR UJIAN JK PENDIDIKAN ALAMAT TEMPAT, TANGGAL LAHIR NAMA PELAMAR

    DEPARTEMEN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

    PANITIA REKRUTMEN SATUAN BHAKTI PEKERJA SOSIAL

    ANGKATAN I TAHUN 2009

    DAFTAR NAMA PELAMAR YANG DINYATAKAN LULUS UJIAN TULIS

    37 401 - 804 - 004 Fauzan Arif, A.KS P Diploma IV

    Padang Panjang, 05

    Februari 1975

    Komplek Taman Lestari Jl. Blok D 28 No. 32 RT. 007/013

    Kibing/Batu Aji, Batam - Kepulauan Riau 29424

    38 401 - 808 - 005 Firgianty, A.KS W Diploma IV

    Payakumbuh, 02

    September 1974

    Komplek Desa Situjuh Gadang Situjuh Limo Nagari, Lima Puluh

    Kota - Sumatera Barat

    39 103 - 203 - 049 Galih Imamy Gunadi, S.Sos W Sarjana

    Bogor, 28 Desember

    1984

    Jl. H. Santibi Kp. Kaum No. 53 RT. 003/001 Citeureup, Bogor -

    Jawa Barat 16810

    40 103 - 204 - 050 Gan Gan Nugraha, S.Sos P Sarjana

    Sumedang, 22 Oktober

    1982

    Jl. Ketib No. 51 RT. 004/007 Kota Kaler, Sumedang - Jawa Barat

    45322

    41 403 - 204 - 086 Ganita Windiwireksa, A.KS W Diploma IV

    Bandung, 19 Januari

    1975

    Jl. Kaum No. 023 RT. 03/04 Ds Jatisari, Sumedang - Jawa Barat

    45362

    42 403 - 205 - 087 Giatno, S.ST P Diploma IV

    Bandung, 08 Nopember

    1985

    Jl. Kebon Kawung Gg. Marjuki No. 26 RT. 009/006 Pasir

    Kaliki/Cicendo, Bandung - Jawa Barat 40171

    43 105 - 703 - 160 Haeriyah Hasan, S.Sos W Sarjana Palopo, 26 Januari 1983

    Jl. Tokasirang No. 174 RT. 003/001 Temmalebba Bara, Palopo -

    Sulawesi Selatan 91914

    44 403 - 802 - 088 Harseno, S.ST P Diploma IV Boyolali, 15 April 1978

    Komplek KP. Kordon RT. 001/006 Ciburial/Cimenyan, Bandung -

    Jawa Barat 40198

    45 403 - 204 - 089 Hasanudin, S.ST


Tinggalkan Pesan



Link Kita

Followers