Sabtu, 10 Oktober 2009

Ratusan Anak Korban Gempa Datangi Trauma Center



Suara Karya Bandung. Setiap kali terjadi bencana, kebanyakan orang lebih peduli melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan fisik para korban bencana. Di antaranya memberikan bantuan makanan, sandang, dan pendataan untuk kepentingan rehabilitasi rumah tinggal para korban. Tak terkecuali dengan bencana gempa bumi berkekuatan 7,3 skala richter (SR) yang meluluhlantakkan sebagian wilayah Provinsi Jawa Barat, Rabu, 2 September 2009. Padahal, tak kalah pentimg adalah bantuan nonfisik yang diharapkan korban gempa itu.

Sebab, guncangan gempa yang dahsyat selama lebih kurang dua menit itu ternyata juga berdampak buruk terhadap psikologi anak-anak. Ratusan anak mengalami trauma psikis cukup berat. Banyak di antara mereka jiwanya terguncang, mengalami ketakutan luar biasa, mendadak menangis. Saat tidur malam di tenda pengungsian, mereka terbangun lalu berteriak ketakutan. Kondisi seperti itu dialami anak-anak pengungsi korban gempa di lapangan sepak bola Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Satuan Bakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos) Departemen Sosial (Depsos) terpanggil untuk berperan menangani trauma anak-anak korban gempa bumi di Pengalengan. Sebanyak 37 Sakti Peksos Depsos yang bertugas di panti-panti sosial swasta di Kota Bandung sementara ditugasi untuk membantu pemulihan trauma anak-anak korban gempa di kota penghasil susu itu.

"Dua hari pascagempa bumi (Jumat, 4 September 2009-Red), kami dipanggil oleh Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Anak Depsos agar bertugas di Posko Rumah Sahabat Anak ini. Sakti Peksos tidak membawa apa-apa, hanya bermodalkan kesiapan tenaga, pikiran, dan pengalaman. Alhamdulillah, setelah kami berkomunikasi dengan World Vision, yayasan yang peduli terhadap anak korban bencana, kami bekerja sama. Sakti Peksos bekerja menangani trauma anak-anak korban gempa, sedangkan World Vison menyediakan sarananya," ujar Koordinator Sakti Peksos Wilayah Jawa Barat, Herawati, di Posko Trauma Center Depsos di lapangan sepak bola Kecamatan Pengalengan.

Sudah 300-an anak mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD), 4-6 tahun, anak SD usia 7-12 tahun, anak SMP usia 12-15 tahun, anak SLTA (15-18 tahun) yang mendatangi Rumah Sahabat Anak, Posko Center, tempat Sakti Peksos melakukan kegiatan penanganan trauma anak-anak korban gempa itu. Jadwal kegiatan pun disusun, pagi, siang, dan sore. Bahkan ada anak yang maunya bermain terus hingga malam sampai dicari oleh ibunya.

"Kegiatan pemulihan trauma itu antara lain meliputi membaca buku di mobil perpustakaan keliling, melihat pemutaran film anak-anak, film tentang psikologi anak, juga diputar film Laskar Pelangi, permainan kelompok di arena indoor dan outdoor, terapi kerja sama tim dan lain-lain," ujar Herawati menambahkan.

Kemudian dilakukan kegiatan menggambar untuk mengetahui motorik halus anak-anak korban gempa dan kegiatan lompat-lompatan, guling-gulingan untuk motorik kasar.

"Alhamdulillah, kegiatan yang kami lakukan sangat bermanfaat. Anak-anak menjadi betah, traumanya perlahan hilang, dan mereka kembali ceria," kata Ketua Sakti Peksos Agung Purnomo.

Happy Setiawan (12), siswa kelas V SD Cikaliki, Pangalengan, mengaku senang memperoleh bimbingan dan perhatian dari Sakti Peksos, sehingga ia yang tadinya tabu pulang ke rumah, kini sudah mulai tidur di rumahnya. "Ya, senang sekali bermain di Rumah Sahabat Anak ini, mendapat bimbingan dari kakak-kakak Sakti Peksos tentang bagaimana harus setia kawan, menghargai teman, kerja sama yang baik dan lain-lain. Sekarang saya tidak takut lagi," kata Happy.

Guncangan gempa memang membuat kondisi bangunan SD Cikaliki rusak parah. Dari luar terlihat bangunannya utuh, namun saat Suara Karya melihat ke dalam gedung, ruangannya berantakan, dindingnya ambrol, atapnya jebol, sehingga tidak mungkin digunakan untuk kegiatan belajar-mengajar karena berbahaya bagi murid dan guru.

Sakti Peksos tidak hanya membantu mengatasi trauma anak-anak, tetapi juga orang lanjut usia (lansia) dan ibu-ibu hamil yang mengalami trauma psikologis. "Kami juga membantu menangani lansia dan ibu-ibu hamil yang trauma akibat gempa. Jiwa mereka terguncang. Banyak yang luka-luka tertimpa bangunan rumahnya. Kami datangi mereka ke tenda-tenda pengungsian, bicara dari hati ke hati, meyakinkan mereka agar tetap optimis menghadapi kesulitan ini. Ada hikmah di balik kejadian ini," kata Agung Purnomo, alumnus Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung.

Sementara itu, dalam kunjungan kerjanya, Menteri Sosial (Mensos) Bachtiar Chamsyah sempat mengunjungi Rumah Sahabat Anak di tenda-tenda pengungsi di Kelurahan Sukamanah, Kecamatan Pangalengan. (Yon Parjiyono)

Comments :

0 komentar to “Ratusan Anak Korban Gempa Datangi Trauma Center”


Posting Komentar